Dampak Redenominasi Terhadap Bidang Perhotelan dan Restoran






















Wacana 1:

Sesat, Istilah Redenominasi

Sebagaimana istilah ekonomi lainnya, redenominasi bisa menjadi istilah licin yang dapat mengecoh pendengarnya. Licin karena penerapan redenominasi di banyak negara juga kerap tak mulus dan membutuhkan proses panjang. Ada negara yang berhasil menerapkannya, namun ada juga negara yang masih berkutat dengan masalah ekonominya meski redenominasi mata uang diterapkan.

Turki menjadi negara yang berhasil melakukan redenominasi mata uangnya, dengan memperkenalkan New Turkish lira. Namun di sisi lain, Korea Utara menjadi contoh negara yang masih mengalami masalah dengan redenominasi mata uang won-nya, yang dilakukan pada Desember 2009. Pasar gelap bermunculan dan masyarakat melarikan uangnya ke yuan ataupun dollar AS karena panik.


Oleh karena itu, penyebutan istilah redenominasi perlu dilakukan secara berhati-hati agar tidak menimbulkan gejolak dan keresahan. Langkah Bank Indonesia yang secara sigap menanggapi isu tersebut, dengan membuat banyak penjelasan di berbagai media, tentu patut kita hargai. Keresahan di publik perlu ditenangkan agar tidak menimbulkan biaya yang besar terhadap ekonomi kita yang sedang membaik ini.


Istilah redenominasi sebenarnya bukan sebuah hal asing dalam perekonomian. Denominasi mata uang berarti penyebutan satuan harga untuk mata uang suatu negara, baik dalam satuan koin ataupun kertas. Denominasi itu misalkan kita menyebut mata uang dengan besaran Rp 1.000, Rp 100.000, dan seterusnya.

Di sisi lain, istilah redenominasi berarti penyebutan kembali atau penyederhanaan dari satuan harga maupun nilai mata uang yang ada. Satuan Rp 1.000 disederhanakan menjadi Rp 1, misalnya. Hal ini berlaku menyeluruh ke harga-harga barang dan jasa di negara tersebut. Sepotong roti yang tadinya seharga Rp 1.000, juga disederhanakan menjadi Rp 1. Dalam hal ini, tidak ada yang dirugikan dari sistem redenominasi. Tujuannya adalah juga sebagai efisiensi penghitungan dalam sistem pembayaran.


Sebagaimana di jelaskan di berbagai media, redenominasi ini bukan sanering. Istilah terakhir ini adalah pemotongan uang. Bila sanering, maka nilai uang dipotong, namun harga-harga barang tetap. Sanering menyebabkan daya beli masyarakat terpangkas. Misalnya gaji kita besarnya Rp 5 juta, terkena sanering menjadi Rp 5. Sementara harga sepotong roti tetap Rp 1.000. Artinya, daya beli masyarakat akan menurun drastis dengan adanya sanering. Kita jadi tak mampu membeli roti lagi. Biasanya, sanering dilakukan dalam kondisi ekonomi yang tidak sehat dan inflasi yang melejit tidak terkendali.


Proses redenominasi tentu harus dilakukan bertahap dan dengan perhitungan yang ketat. Namun, tentu permasalahan tidak sesederhana kelihatannya. Sebelum melakukan redenominasi, ada beberapa persyaratan yang mesti dipenuhi.

Pertama, inflasi harus berada di kisaran rendah dan pergerakannya stabil. Kedua, stabilitas perekonomian terjaga dan jaminan stabilitas harga. Ketiga, kesiapan masyarakat harus ada. Aspek ketiga inilah yang perlu dipertimbangkan matang-matang. Kesiapan psikologis masyarakat adalah hal terpenting bagi efektifnya suatu kebijakan. Banyak sudah kebijakan publik yang baik secara teori, namun gagal di lapangan karena kesiapan publik yang belum ada.

Akibatnya akan muncul salah kaprah di masyarakat yang mengganggu gerak perekonomian kita. Isu redenominasi rupiah memang harus dihindarkan dari simpang siur gejala. Keresahan dapat menyebabkan psikologi pasar terganggu dan berdampak pada perekonomian kita.
(Junanto Herdiawan/Kompasiana)

Wacana 2:

Redenominasi Rupiah Berlaku Mulai 2013

JAKARTA, SRIPO — Redenominasi atau pemotongan nilai pecahan tanpa mengurangi nilai rupiah akan diberlakukan pada tahun 2013. Nantinya, gaji sebesar Rp 5 juta akan menjadi sama dengan nilai Rp 5.000. Baik Bank Indonesia maupun pemerintah meminta masyarakat tidak risau dengan rencana redenominasi tersebut.

“Kita bisa mulai paling cepat 2013. Tidak bisa tahun depan karena ada proses sosialisasi. Jadi Ini cerita tiga tahun lagi baru kita lihat wujudnya di masyarakat,” tegas Pjs Gubernur BI Darmin Nasution dalam konferensi pers di gedung BI Jakarta, Selasa (3/8).

Menurut Darmin, redenominasi tidak bisa diterapkan dalam waktu dekat karena butuh persiapan dan komitmen nasional serta dukungan DPR dan persetujuan Presiden. Ditegaskan Darmin, redenominasi tidak akan merugikan masyarakat karena berbeda dengan sanering atau pemotongan uang. “Redenominasi ini sama sekali tidak akan merugikan siapa-siapa jadi tidak usah risau dan resah. Kalau gajinya misalnya Rp 5 juta per bulan dan seandainya nanti ada uang baru menjadi Rp 5.000 maka itu bukan persoalan,

Deputi Gubernur BI bidang Peredaran Uang Budi Rochadi mengatakan keputusan redenominasi rupiah tidak hanya keputusan ekonomi, melainkan juga menjadi keputusan politik. Tugas BI mempersiapkan programnya dan laporkan ke Presiden dan keputusan tidak hanya di BI tapi juga di (tangan) Presiden

Wacana 3:

Bukan Barang Baru Bagi Hotel dan Restoran

04 Aug 2010

Sumber: Pikiran Rakyat

REDENOMINASI rupiah sebenarnya bukanlah barang baru. Saat ini, sejumlah restoran, kafe, dan hotel berbintang sudah melakukannya dalam buku daftar harga menu mereka. Sebagian besar melakukannya dengan alasan kepraktisan dan estetika buku menu.

Hotel Aston Braga Bandung misalnya, sudah beberapa waktu terakhir melakukan penyederhanaan tersebut dalam beberapa buku menunya, walaupun belum menyeluruh. Menurut Public Relations (PR) Manager, Diah Suhandi, langkah itu dilakukan semata-mata untuk alasan kepraktisan dan estetika buku menu.

Istilah Sunda-nya, membubuhkan tiga nol di belakang harga yang menunjukkan nominal ribuan itu rencet. Alasan lainnya untuk estetika saja. Selama ini, konsumen pun tidak ada yang kebingungan atau salah menafsirkan. Mereka juga sudah mengerti, tidak mungkin ada harga makanan, misalnya Rp 50 per porsi. Pasti asumsinya Rp 50.000," kata Diah.

Namun, menurut dia, sejauh ini Aston Braga belum secara konsisten menerapkan kebijakan tersebut pada semua buku menunya, hanya sebagian. Dengan atau tanpa adatiga nol yang menunjukkan nominal ribuan, menurut Diah, sejauh ini tamu, baik lokal maupun asing, tidak ada yang merasa terganggu.

"Kalaupun ditulis Rp 50.000 misalnya, tamu dari luar negeri tidak ada yang mengasumsikan bahwa harga makanan itu terlalu mahal. Mereka umumnya sudah mengerti dan paham bahwa itu ditulis dalam satuan rupiah, yang memang nominalnya besar," ujar Diah.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat (Jabar), Herman Muchtar mengatakan, selama ini penulisan harga makanan diserahkan kepada setiap manajemen hotel dan restoran. Tidak ada imbauan atau kesepakatan.

"Penulisan seperti itu di hotel dan restoran sudah biasa, sudah dilakukan beberapa tahun terakhir. Kebanyakan dilakukan oleh hotel bintang lima dan restoran-restoran besar. Semua diserahkan pada kreativitas dan kebijakan masing-masing manajemen," katanya.

Namun, ia menambahkan, jika pemerintah akan melaksanakan hal tersebut, pemerintah harus melakukan sosialisasi dengan benar. Selain itu, proses penyederhanaan harga pun harus diawasi sehingga tidak ada kenaikan harga akibat redenominasi tersebut. (Rika Ratlin iau ali/\ ul istyne Ka-sumaningrum/TRT**

Analisa :

Menurut berita yang beredar, Redenominasi atau penyederhanaan nilai mata uang rupiah akan mengefektifkan kinerja Bank Indonesia (BI). Langkah BI akan lebih mudah dalam mengontrol peredaran rupiah serta operasi moneter. Saat ini nilai rupiah memiliki angka yang besar sehingga sulit dalam perhitungan dan pengembalian dalam transaksi. Dengan adanya penyederhanaan ini, maka transaksi angka lebih sedikit tetapi nilainya tetap sama, sehingga dapat mempermudah dalam bertransaksi.

Dalam kebijakan ini akan timbul pro dan kontra. Namun hal itu masih dianggap wajar. Karena banyak pihak yang belum memahami secara penuh apa arti redenominasi. Oleh karena itu peran pemerintah sangat besar dalam menyosialisasi wacana redenominasi kepada masyarakat. Sehingga kebijakan redenominasi ini akan berjalan dengan lancar, dan masyarakat tidak menjadi resah dengan adanya kebijakan seperti ini.

Redenominasi atau pengurangan nominal rupiah hanya memberikan efek psikologis ke pasar saham. Jika rencana itu tersosialisasi dengan baik, maka pasar saham tidak terpengaruh dan bisa bergerak dengan normal lagi.

Dalam bidang perhotelan dan restoran, redenominasi rupiah sebenarnya bukanlah hal yang baru. Karena sudah banyak hotel dan restoran berbintang sudah melakukannya dalam buku daftar harga mereka. Hal tersebut dilakukan dengan alasan kepraktisan dan estetika buku menu. Sehingga jika pemerintah menetapkan kebijakan tersebut tidaklah bermasalah dan berpengaruh besar pada bidang tersebut. Selain itu para pengunjung juga sudah terbiasa dengan penulisan pada daftar harga tersebut. Namun tidak semua pengunjung mengetahui hal tersebut, baik pengunjung dari dalam negeri maupun mancanegara. Dan jika digambarkan pada kurva supply dan demand setelah dilakukan redenominasi harga akan tetap stabil begitu pula dengan jasa yang dberikan. Karena redenominasi ini tidak berpengaruh secara signifikan baik dari supply dan demandnya. Berikut ini gambar kurvanya :




Dari kurva tersebut dapat dijelaskan bahwa kurva S(supply sebelum terjadi redenominasi) sama dengan kurva S’(supply setelah terjadi redenominasi) dan kurva D(demand sebelum terjadi redenominasi) sama dengan kurva D’(demand setelah terjadi redenominasi). Kurva S dan D tidak mengalami pergeseran antara sebelum dan setelah terjadi redenominasi. Sehingga akan dihasilkan titik E=E’(ekuilibrium/titik keseimbangannya sama). Maka harga dan jumlah barangnya akan tetap tidak terpengaruh.


Sumber :

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/08/04/10225992/Sesat.Istilah.Redenominasi#

http://www.sripoku.com/view/43044/redenominasi_rupiah_berlaku_mulai_2013

http://bataviase.co.id/node/325929




Pengaruh kenaikan gas elpiji


Setiap kali menjelang perayaan hari-hari besar keagamaan, fluktuasi harga-harga kebutuhan pokok selalu saja terjadi. Dan bahkan bagi banyak orang, fenomena ini menjadi sesuatu yang lumrah. Pemerintah pun sering tak kuasa menghadapi persoalan dimaksud. Harga melonjak, stok di pasaran pun terkadang amat terbatas.

Di berbagai daerah kebutuhan minyak tanah sulit terpenuhi. Bahkan menghilang seperti di dua kecamatan di kota Pekanbaru. Yaitu Kecamatan Bukitraya dan Marpoyan Damai. Sulitnya mendapatkan minyak tanah ini dirasakan warga di dua kecamatan itu sejak satu bulan terakhir. Padahal kata Iran, warga di Kecamatan Bukitraya Ia mengaku sering melihat truk tangki yang biasa menyuplai minyak tanah untuk Kecamatan Bukitraya melintas menyinggahi pangkalan. Tetapi ketika ditanya ketersediaan minyak tanah, pemilik pangkalan selalu saja bilang tidak ada,” ungkapnya.(sumber : www.riaupos.com)

Konversi minyak tanah ke gas belum sepenuhnya menjadi jawaban. Dan bahkan harga gas elpiji pun sudah ikut naik. Bahkan saat ini gas elpiji menjadi langka. Mulai beredar kabar Pertamina segera menaikkan kembali harga gas elpiji 12 kg untuk mengejar harga keekonomian.

“Saya dengar harga gas 12 kilo mau dinaikan lagi,” ungkap Nur Adib, Ketua Umum DPP Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas), Minggu (7/2).

Dia mengutarakan kenaikan harganya tidak begitu signifikan. Sama seperti kenaikan yang sekitar Rp100/kg atau Rp1.200 per tabung 12 kg. “Waktunya belum tahu tapi Pertamina ingin mengurangi kerugian, karena gas 12 kilo tidak disubsidi seperti 3 kilo,” ucapnya.

Seperti diketahui, Pertamina dalam menjual gas elpiji 12 kg menderita rugi. Selama 2009 lalu, perusahaan minyak plat merah ini rugi Rp2,3 triliun (unaudited).

Nur Adib khawatir kalau harga gas elpiji 12 kg naik bisa berdampak pada distribusi gas 3 kg. Makin besarnya selisih harga dengan 3 kg, pemakai gas 12 kg akan memburu gas 3 kg yang disubsidi. “Pada akhirnya, masyarakat kecil jadi korban, karena mereka yang paling banyak menggunakan gas elpiji 3 kg,” imbuhnya. (sumber : www.poskota.co.id)

Dampak Kenaikan gas elpiji 12 kg

“Menurut Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) menghitung, kenaikan harga elpiji 12 kg dan 50 kg akan menimbulkan dua dampak negatif.

Dampak pertama, terjadi migrasi besar-besaran konsumen pengguna 12 kg menjadi 3 kg dan juga pengguna 50 kg ke elpiji kemasan 12 kg. Nah, dengan adanya migrasi dari 12 kg ke 3 kg, tentunya kebutuhan elpiji 3 kg akan melebihi kuota yang ditetapkan oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2010. Padahal, elpiji kemasan 3 kg tersebut merupakan barang yang mendapatkan subsidi.

Dampak kedua adalah bakal terjadinya pengopolosan oleh agen-agen yang tidak bertanggung jawab. Sebab, agen-agen tetap menghendaki keuntungan yang tinggi karena investasi yang dikeluarkan untuk menjadi agen elpiji cukup besar.

Menurut Ketua Umum Hiswana Migas Erry Purnomo Hadi, setidaknya untuk menjadi agen elpiji harus mengeluarkan dana sekitar Rp 3 miliar. “Bahayanya, apabila tidak dilakukan sesuai standar keamanan akan banyak terjadi peristiwa peledakan. Tentunya ini harus dihindari,” kata Erry. (sumber :www.kontan.co.id)

Berdasarkan isu tersebut, terjadinya kenaikan harga gas elpiji karena kelangkaan pasokan gas elpiji. Kelangkaan ini dikarenakan peningkatan permintaan konsumen. Kelangkaan elpiji juga dapat dipengaruhi faktor cuaca yang membuat kapal pengangkut tidak bisa merapat. Selain itu, adanya rumor pembelian besar-besaran atau rush juga memicu langkanya elpiji 12 kg. Untuk itu, Pertamina menghimbau ke pedagang, pengecer atau pembeli tidak usah panik, karena stok masih aman.

Jika digambarkan pada kurva maka bentuk kurvanya seperti :



Berdasarkan kurva tersebut terjadi penurunan supply(penawaran) dan peningkatan demand(permintaan). Maka akan terjadi perubahan dari E ke E1 yang mengakibatkan harga menjadi meningkat dan produksi jumlah barang menurun. Apabila harga energi mengalami kenaikan, maka akan mengakibatkan biaya produksi menjadi naik. Hal itu akan menyebabkan produksi mengalami penurunan, sebagaimana digambarkan dalam kurva S bergeser ke kiri menjadi S1, sehingga akan dicapai keseimbangan baru di titik E1.

Dari terjadinya pergeseran titik keseimbangan tersebut ada dua pengaruh besar yang akan terjadi. Pertama harga-harga secara umum akan mengalami kenaikan sebagaimana terlihat dari naiknya P menjadi P1. Inilah yang disebut sebagai fenomena inflasi dalam kategori CPI (cost push inflation), yaitu inflasi yang diakibatkan oleh adanya tekanan biaya. Kedua, barang produksi mengalami penurunan sehingga barang menjadi langka. Hal itu dapat dilihat dari bergesernya titik Q ke kiri, yaitu dari titik Q enjadi Q1.

Dengan demikian dapat disimpulkan apabila harga gas elpiji mengalami kenaikan, maka secara ekonomi makro akan mengakibatkan terjadinya inflasi, yaitu harga-harga secara umum mengalami kenaikan, sekaligus di sisi lain akan meyebabkan pendapatan rakyat di negeri itu mengalami penurunan, alias rakyat akan menjadi semakin miskin.

Sumber :

http://www.riaupos.com/new/berita.php?act=full&id=2251&kat=8

http://www.solopos.com/2010/ekonomi-bisnis/puasa-hiswana-migas-jamin pasokan-elpiji-3-kg-aman-29713

http://www.kontan.co.id/index.php/industri/news/36639/Dua-Dampak-Negatif-Bila-Harga-Gas-Elpiji-12-Kg-dan-50-Kg-Dinaikkan

Tinjauan ekonomi Kabupaten Manokwari

PROFIL KABUPATEN MANOKWARI

Kabupaten Manokwari adalah salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, Indonesia.Ibukota kabupaten ini terletak di Kota Manokwari. Berdasarkan data dari BPS Maret 2009, daerah provinsi Papua Barat merupakan daerah yang memiliki Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan tertinggi di Indonesia. Berikut ini akan dijelaskan kondisi umum serta potensi SDA yang dimiliki.


KONDISI UMUM

Kabupaten Manokwari terletak pada 0015’ – 3025’ Lintang Selatan dan 132035’ – 134045’ Bujur Timur, dengan luas wilayah 14.676 km2, dengan batas-batas :

Utara : Samudera Pasifik

Selatan : Kab. Tlk Bintuni

Barat : Kab. Sorong Selatan

Timur : Kab. Tlk Wondama

Terdiri Dari 29 Distrik, 9 Kelurahan Dan 409 Kampung.

Wilayah mencakup wilayah laut, dataran dengan topografi wilayah datar, bergelombang hingga bergunung dengan iklim tropis suhu udara berkisar antara 26,4 °C sampai 31,9 °C.








Wilayah Administrasi

Secara administrasi pemerintahan, Kabupaten Manokwari (sebelum pemekaran) terbagi dalam 17 Kecamatan, dengan Manokwari sebagai Ibukota kabupaten. Dari 17 kecamatan yang ada, 10 berada di daerah pegunungan, selebihnya berada di dataran dan daerah pantai.


Iklim

Kabupaten Manokwari mempunyai iklim tropis basah dengan suhu udara minimum 21,50C dan suhu maksimum 33,1ºC. Suhu maksimum terjadi pada bulan Januari dan Maret, sedangkan suhu minimum terjadi pada bulan Agustus dan November. Curah hujan cukup tinggi yaitu 2.283 mm/tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret dan terendah terjadi pada bulan Juli. Untuk jumlah hari hujan, hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Juni & Oktober, dan hari hujan terkecil terjadi pada bulan Desember.


Penduduk

Penduduk Kabupaten Manokwari hingga tahun 2004 berjumlah 209.308 jiwa dengan kepadatan 4 jiwa/km2. Laju pertumbuhan penduduk 3,8% per tahun. Penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Manokwari (33,04%) dan sisanya tersebar di 16 Kecamatan lainnya. Suku asli yang mendiami Kabupaten Manokwari adalah suku besar Arfak, suku Wamesa, suku Samuri, Sebyar, Irarutu dan Numfor Doreri. Selain itu terdapat suku pendatang asal Papua seperti Serui, Biak, Waropen serta beberapa suku dari luar Papua. Berdasarkan agama 69,32 % beragama Kristen Protestan, 25,01 % Islam, 5,37 % Kristen Katolik, 0,22 % Hindu dan 0,09 % Budha.

Tingkat Pertumbuhan Ekonomi 9,90 %, PDRB per Kapita Rp. 9.943.060 (PDRB 2008) Pertumbuhan Ekonomi didominasi oleh Sektor Pertanian 32,72 %, Jasa 17,06 %, Bangunan 17,80 %, Perdagangan 15,21 %, sedangkan pertambangan 1,51 %.


Topografi

Kabupaten Manokwari memiliki topografi dari wilayah datar hingga bergelombang (bergunung). Hampir 1.446 km2 (3,8%) wilayahnya memiliki kemiringan 0 – 25% (datar), selebihnya (80%) wilayahnya memiliki kemiringan lebih dari 25% (bergelombang). Daerah datar umumnya tersebar di beberapa kawasan pada Kecamatan Babo, Bintuni, Merdey, Ransiki, Warmare, Prafi, Masni dan Amberbaken.


Struktur Tanah

Secara umum struktur tanah di Kabupaten Manokwari terdiri dari jenis alluvial (18,70%), mediterania (2,44%), podsolid merah kuning (10,41%), podsolid coklat keabuan (7,57%), tanah utama/complex of soil (49,21%), latosol (4,49%) dan organosol (7,17%). Sedangkan jenis tanah yang ada secara umum terdiri dari tanah kapur kemerahaan, tanah endapan alluvial dan tanah alluvial muda. Kedalaman efektif tanah secara umum di Kabupaten Manokwari rata-rata di atas 25 cm. Kedalaman ini hampir merata di seluruh wilayah kecamatan kecuali di wilayah pegunungan kapur.


Hidrologi

Kondisi hidrologi di Kabupaten Manokwari diperlihatkan dalam pola aliran sungai. Sungai-sungai yang ada pada umumnya bermuara ke Samudra Pasifik, Teluk Cenderawasih, Teluk Bintuni dan Teluk Wandamen. Sungai terpanjang adalah sungai Sebyar yang terdapat di Kecamatan Bintuni dan bermuara di Teluk Bintuni. Sungai-sungai besar yang ada sebagian besar dapat dimanfaatkan sebagai prasarana transportasi air (Kecamatan Bintuni dan Babo) dan sebagian lagi digunakan sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan hidup penduduk sehari-hari.




POTENSI SDA

SDA di Kab. Manokwari ada yang sudah diketahui volume cadangan berdasarkan penelitian tetapi masih terdapat SDA yang baru diduga potensinya. Sumber Informasi potensi di dapat melalui Kanwil Pertambangan Provinsi Irian Jaya yang dikutip pada Buku Data Dasar Perencanaan Kab. Manokwari Tahun 1998, Profil Kabupaten Manokwari Tahun 2002 dan Laporan Hasil Survey Direktorat Sumber Daya Mineral Tahun 2006.

Potensi SDA sebagai berikut :







POTENSI PERTAMBANGAN

1. Wilayah Amberbaken menghasilkan emas, timah hitam, seng, tembaga

2. Daerah Ransiki berpotensi menghasilkan batu gamping, granit, timah putih

3. Daerah Oransbari berpotensi menghasilkan batu gamping

4. Daerah Manokwari Selatan berpotensi menghasilkan lempung, batu gamping

5. Daerah Warmare berpotensi menghasilkanbatu gamping

6. Daerah Kebar berpotensi menghasilkan timah putih

7. Daerah Isim berpotensi menghasilkan batu bara

8. Daerah Anggi berpotensi menghasilkan timah putih, seng, tembaga, dan granit


POTENSI PERTANIAN

Potensi yang dimiliki dalam bidang pertanian adalah ± 89.500 ha, terdapat di :

  1. Dataran Isim, seluas 30.000 Ha terletak sekitar 125 km di selatan Kota Manokwari, dapat dijangkau lewat jalan darat. Kondisi topografi relative bergelombang ringan (0-25%), jenis tanah podsolik merah kuning.
  1. Dataran Ransiki seluas 4.500 Ha, Terletak di Selatan Kota Manokwari, berjarak sekitar 118 Km, dapat dijangkau lewat jalan darat. Kondisi topografinya relative berge-lombang ringan (0-25%) jenis tanah podsolik merah kuning.
  2. Dataran Kebar, seluas 15.000 Ha terletak sekitar 290 km di Barat Kota Manokwari, dapat dijangkau lewat jalan darat. Kondisi topografi relative bergelombang ringan (0-25%), jenis tanah podsolik coklat kelabu. Areal ini cocok untuk pengembangan ternak sapi

Jenis Tanaman yang berpotensi ditanam yaitu :

1. Kelapa sawit : lokasi penanaman di dataran prafi, Ransiki, Sururey, Amberbaken,

Masni

2. Kakao : lokasi penanaman di Prafi, Masni, Amberbaken, Ransiki, Sururey

3. Kopi : lokasi penanaman di Kebar dan Minyambouw







POTENSI PERIKANAN

Di dominasi oleh perikanan tangkap atau ikan laut, sedangkan ikan budidaya atau air tawar masih mengandalkan hasil tangkapan dari sungai dan untuk budidaya kolam sudah mulai dikembangkan di beberapa distrik. Hasil tangkapan laut untuk daerah pemasaran masih antar pulau yaitu Makassar, Denpasar dan Jakarta.

Jenis hasil tangkapan yang berpotensi :

1. Cakalang : lokasi penangkapan di Manokwari, Oransbari, Ransiki, Masni

2. Ikan Pelagis : lokasi penangkapan di Amberbaken

3. Teripang : lokasi penangkapan di Oransbari, Manokwari, Ransiki

4. Udang, Pea-pea: lokasi penangkapan di Oransbari, Ransiki



POTENSI PARIWISATA

Wisata alam, budaya, sejarah maupun wisata rohani. Salah satu wisata yang sangat terkenal di Manokwari yaitu wisata religius di pulau Mansinam yang dikenal sebagai tempat pertama masuknya Injil di Tanah Papua.

Daerah Kawasan objek wisata :

1. Pantai Kaironi Sidey (suaka margasatwa, habitat penyu belimbing)

2. Pantai Masni, Nuni, Mupi, dan Maruni

3. Pantai Pasir Putih dan Bakaro

4. Pulau Mansinam (monumen masuknya injil di Irian jaya tahun 1855)

5. Pantai Mubrani (suaka margasatwa, habitat penyu belimbing dan penyu hijau)

6. Taman wisata dan monumen Jepang goa meja

7. Pantai Amban (pantai alam dan habitat penyu)

8. Goa Alam, Danau Anggi giji, peg. Kobrey, rumah kaki seribu(modok aksa)

9. Pegunungan Taman Sii (cagar alam, satwa, dan sumber air panas, panorama alam)

Dengan adanya potensi-potensi SDA yang dimiliki oleh kabupaten Manokwari, Tingkat Pertumbuhan Ekonomi daerah ini akan dapat meningkat secara berkala jika semua potensi yang dimiliki dapat dikelola dengan baik. Berikut ini akan dijelaskan tentang peluang dan kendala yang dihadapi serta solusi untuk meningkatkan potensi-potensi yang ada.






Tinjauan ekonomi Kabupaten Manokwari

Berdasarkan peluang dan kendala dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada maka dapat disimpulkan solusinya adalah dengan meningkatkan kualitas SDM, tertutama masyarakat yang ada di kabupaten tersebut dengan cara memberikan pendidikan yang layak. Daerah Kabupaten Manokwari sangatlah berpotensi untuk tempat berinvestasi yang besar karena didukung oleh SDAnya. Oleh karena itu pemerintah juga sangat berperan dalam membangun sarana dan prasarana sehingga dapat mempermudahkan dalam mengelola potensi yang ada dan dapat menarik minat para investor.







Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa peranan sektor pertanian masih sangat dominan, dimana pada tahun 2008 sektor pertanian masih memiliki andil yang cukup besar dalam pembentukan PDRB kab. Manokwari. Dari tahun 2006 sampai tahun 2008 sektor pertanian mengalami penurunan. Hal ini dikarena adanya kendala-kendala primitif yang telah dijelaskan pada bagan sebelumnya. Sehingga diperlukan pembinaan khusus dan penyuluhan kepada masyarakat setempat dalam bercocok tanam yang baik. Untuk sektor-sektor yang mengikuti dibawahnya adalah sektor bangunan, jasa-jasa, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Dan sektor-sektor dibawahnya hanya memberikan andil rata-rata dibawah 10%. Mengingat dominannya peranan sektor-sektor ini dalam pembentukan PDRB kabupaten Manokwari, maka perubahan sedikit saja yang terjadi pada sektor tersebut pengaruhnya akan cukup terasa terhadap pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Dapat disimpulkan bahwa untuk terus meningkatkan PDRB, pemerintah harus terus mengembangkan potensi disegala sektor agar pertumbuhan ekonomi menjadi meningkat dan masyarakat setempat dapat hidup sejahtera.




Sumber :

http://www.manokwarikab.go.id/

www.KapetBiak.com

http://www.manokwarikab.go.id/dmdocuments/rtrw/bab9rtrw.pdf

http://www.manokwarikab.go.id/index.php?option=com_docman&task=doc_download&gid=83&Itemid=104


Photo Gallery