Pengaruh kenaikan gas elpiji


Setiap kali menjelang perayaan hari-hari besar keagamaan, fluktuasi harga-harga kebutuhan pokok selalu saja terjadi. Dan bahkan bagi banyak orang, fenomena ini menjadi sesuatu yang lumrah. Pemerintah pun sering tak kuasa menghadapi persoalan dimaksud. Harga melonjak, stok di pasaran pun terkadang amat terbatas.

Di berbagai daerah kebutuhan minyak tanah sulit terpenuhi. Bahkan menghilang seperti di dua kecamatan di kota Pekanbaru. Yaitu Kecamatan Bukitraya dan Marpoyan Damai. Sulitnya mendapatkan minyak tanah ini dirasakan warga di dua kecamatan itu sejak satu bulan terakhir. Padahal kata Iran, warga di Kecamatan Bukitraya Ia mengaku sering melihat truk tangki yang biasa menyuplai minyak tanah untuk Kecamatan Bukitraya melintas menyinggahi pangkalan. Tetapi ketika ditanya ketersediaan minyak tanah, pemilik pangkalan selalu saja bilang tidak ada,” ungkapnya.(sumber : www.riaupos.com)

Konversi minyak tanah ke gas belum sepenuhnya menjadi jawaban. Dan bahkan harga gas elpiji pun sudah ikut naik. Bahkan saat ini gas elpiji menjadi langka. Mulai beredar kabar Pertamina segera menaikkan kembali harga gas elpiji 12 kg untuk mengejar harga keekonomian.

“Saya dengar harga gas 12 kilo mau dinaikan lagi,” ungkap Nur Adib, Ketua Umum DPP Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas), Minggu (7/2).

Dia mengutarakan kenaikan harganya tidak begitu signifikan. Sama seperti kenaikan yang sekitar Rp100/kg atau Rp1.200 per tabung 12 kg. “Waktunya belum tahu tapi Pertamina ingin mengurangi kerugian, karena gas 12 kilo tidak disubsidi seperti 3 kilo,” ucapnya.

Seperti diketahui, Pertamina dalam menjual gas elpiji 12 kg menderita rugi. Selama 2009 lalu, perusahaan minyak plat merah ini rugi Rp2,3 triliun (unaudited).

Nur Adib khawatir kalau harga gas elpiji 12 kg naik bisa berdampak pada distribusi gas 3 kg. Makin besarnya selisih harga dengan 3 kg, pemakai gas 12 kg akan memburu gas 3 kg yang disubsidi. “Pada akhirnya, masyarakat kecil jadi korban, karena mereka yang paling banyak menggunakan gas elpiji 3 kg,” imbuhnya. (sumber : www.poskota.co.id)

Dampak Kenaikan gas elpiji 12 kg

“Menurut Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) menghitung, kenaikan harga elpiji 12 kg dan 50 kg akan menimbulkan dua dampak negatif.

Dampak pertama, terjadi migrasi besar-besaran konsumen pengguna 12 kg menjadi 3 kg dan juga pengguna 50 kg ke elpiji kemasan 12 kg. Nah, dengan adanya migrasi dari 12 kg ke 3 kg, tentunya kebutuhan elpiji 3 kg akan melebihi kuota yang ditetapkan oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2010. Padahal, elpiji kemasan 3 kg tersebut merupakan barang yang mendapatkan subsidi.

Dampak kedua adalah bakal terjadinya pengopolosan oleh agen-agen yang tidak bertanggung jawab. Sebab, agen-agen tetap menghendaki keuntungan yang tinggi karena investasi yang dikeluarkan untuk menjadi agen elpiji cukup besar.

Menurut Ketua Umum Hiswana Migas Erry Purnomo Hadi, setidaknya untuk menjadi agen elpiji harus mengeluarkan dana sekitar Rp 3 miliar. “Bahayanya, apabila tidak dilakukan sesuai standar keamanan akan banyak terjadi peristiwa peledakan. Tentunya ini harus dihindari,” kata Erry. (sumber :www.kontan.co.id)

Berdasarkan isu tersebut, terjadinya kenaikan harga gas elpiji karena kelangkaan pasokan gas elpiji. Kelangkaan ini dikarenakan peningkatan permintaan konsumen. Kelangkaan elpiji juga dapat dipengaruhi faktor cuaca yang membuat kapal pengangkut tidak bisa merapat. Selain itu, adanya rumor pembelian besar-besaran atau rush juga memicu langkanya elpiji 12 kg. Untuk itu, Pertamina menghimbau ke pedagang, pengecer atau pembeli tidak usah panik, karena stok masih aman.

Jika digambarkan pada kurva maka bentuk kurvanya seperti :



Berdasarkan kurva tersebut terjadi penurunan supply(penawaran) dan peningkatan demand(permintaan). Maka akan terjadi perubahan dari E ke E1 yang mengakibatkan harga menjadi meningkat dan produksi jumlah barang menurun. Apabila harga energi mengalami kenaikan, maka akan mengakibatkan biaya produksi menjadi naik. Hal itu akan menyebabkan produksi mengalami penurunan, sebagaimana digambarkan dalam kurva S bergeser ke kiri menjadi S1, sehingga akan dicapai keseimbangan baru di titik E1.

Dari terjadinya pergeseran titik keseimbangan tersebut ada dua pengaruh besar yang akan terjadi. Pertama harga-harga secara umum akan mengalami kenaikan sebagaimana terlihat dari naiknya P menjadi P1. Inilah yang disebut sebagai fenomena inflasi dalam kategori CPI (cost push inflation), yaitu inflasi yang diakibatkan oleh adanya tekanan biaya. Kedua, barang produksi mengalami penurunan sehingga barang menjadi langka. Hal itu dapat dilihat dari bergesernya titik Q ke kiri, yaitu dari titik Q enjadi Q1.

Dengan demikian dapat disimpulkan apabila harga gas elpiji mengalami kenaikan, maka secara ekonomi makro akan mengakibatkan terjadinya inflasi, yaitu harga-harga secara umum mengalami kenaikan, sekaligus di sisi lain akan meyebabkan pendapatan rakyat di negeri itu mengalami penurunan, alias rakyat akan menjadi semakin miskin.

Sumber :

http://www.riaupos.com/new/berita.php?act=full&id=2251&kat=8

http://www.solopos.com/2010/ekonomi-bisnis/puasa-hiswana-migas-jamin pasokan-elpiji-3-kg-aman-29713

http://www.kontan.co.id/index.php/industri/news/36639/Dua-Dampak-Negatif-Bila-Harga-Gas-Elpiji-12-Kg-dan-50-Kg-Dinaikkan

No Response to "Pengaruh kenaikan gas elpiji"

Posting Komentar

Photo Gallery